MEDIAKAMPUS.INFO – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie, menekankan pentingnya pola pikir berbasis riset (research mindset) bagi mahasiswa Indonesia. Menurutnya, kemampuan beradaptasi dengan perkembangan industri serta spesialisasi di bidang tertentu merupakan kunci utama dalam menciptakan sumber daya manusia unggul yang dapat mendorong transformasi ekonomi nasional.
Hal tersebut disampaikan Wamen Stella dalam diskusi panel bertajuk “Mempercepat Transformasi Ekonomi Nasional: Strategi Pengembangan Hilirisasi Industri, Ketahanan Pangan, dan SDM Unggul” yang digelar oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) pada Jumat (17/1). Acara ini sekaligus menjadi bagian dari pelantikan Pengurus Pusat ISEI dan PIISEI periode 2024–2027.
Diskusi ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh, termasuk Ketua Bidang IV Perumusan Kebijakan Sektor Riil & Struktural PP ISEI sekaligus Guru Besar IPB Bayu Krisnamurthi, serta Anggota Dewan Pengawas ISEI Raden Pardede.
Kunci Transformasi: SDM Berbasis Riset dan Adaptasi Industri
Wamen Stella menyampaikan bahwa upaya menciptakan SDM berkualitas memerlukan pendekatan menyeluruh yang mencakup huluisasi—penyiapan SDM unggul di tahap awal—dan hilirisasi yang mengarah pada pemanfaatan hasil riset di industri.
“SDM tidak boleh statis; perubahan ekonomi hanya dapat dicapai jika SDM terus berkembang dan berinovasi,” jelas Stella. Ia juga menyoroti bahwa human capital dan peringkat riset Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Menurut Stella, mahasiswa dengan research mindset tidak hanya mampu menghasilkan penelitian berkualitas, tetapi juga berpotensi menjadi inovator yang menciptakan teknologi baru untuk diterapkan di berbagai sektor industri.
Sinergi Perguruan Tinggi dan Industri
Wamen Stella menekankan pentingnya hubungan simbiosis antara dunia kampus dan industri. Industri membutuhkan tenaga kerja berkualitas yang dihasilkan perguruan tinggi, sementara perguruan tinggi dapat memperoleh dukungan finansial dan wawasan praktis dari industri.
“Kolaborasi ini harus terus diperkuat agar kedua belah pihak saling mendapat manfaat. Kampus dapat memperoleh suntikan ekonomi, sedangkan industri mendapatkan inovasi dan sumber daya manusia yang kompeten,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti perlunya riset lebih inklusif di perguruan tinggi, bukan hanya terpusat pada satu lembaga. “Riset harus menjadi bagian dari aktivitas dosen, sehingga terjadi aliran pengetahuan yang merata hingga ke mahasiswa,” tambahnya.
Pendidikan Vokasi untuk Tenaga Kerja Spesialis
Wamen Stella percaya bahwa pendidikan vokasi memiliki peran penting dalam membangun tenaga kerja yang terampil dan adaptif. “Pendidikan berbasis kerja terbukti efektif melahirkan lulusan yang mampu memenuhi kebutuhan industri. Ini adalah langkah penting untuk menciptakan kelas menengah yang kuat,” tuturnya.
Pendidikan vokasi diharapkan dapat meningkatkan keterampilan relevan dan mencetak tenaga kerja berkualitas yang mampu mengikuti perubahan cepat di pasar kerja global.
Sinergi Akademisi, Bisnis, dan Pemerintah (ABG)
Melalui acara ini, Stella berharap terjalin sinergi kuat antara akademisi, dunia usaha, dan pemerintah untuk merumuskan strategi pembangunan berkelanjutan. “Kita perlu menjawab tantangan global dan domestik dengan program kerja yang selaras antara ISEI dan prioritas nasional,” pungkasnya.
Diskusi ini menjadi momentum penting dalam memperkuat kolaborasi berbagai pihak untuk mendorong transformasi ekonomi berbasis riset dan inovasi di Indonesia.(ask/kemendiktisaintek)