MEDIAKAMPUS.INFO – Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi terus memperkuat hilirisasi hasil riset perguruan tinggi agar manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Salah satu inisiatif ini diwujudkan melalui dukungan penuh terhadap Atsiri Research Center (ARC), pusat inovasi unggulan Universitas Syiah Kuala (USK) yang selama delapan tahun terakhir sukses mengangkat minyak atsiri nilam Aceh ke tingkat dunia.
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, menyampaikan apresiasi dalam perayaan ulang tahun ke-8 ARC USK yang digelar di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh. Ia mengakui peran signifikan para peneliti dan akademisi USK dalam kemajuan riset.
“Para peneliti adalah pilar utama yang membawa Universitas Syiah Kuala maju. Tanpa mereka, capaian besar ini sulit terwujud,” ungkap Stella, Senin (23/12).
Ia juga memuji keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan produk nilam. Baginya, inovasi adalah kunci dari riset yang mampu meningkatkan nilai produk lokal.
“Inovasi adalah gagasan baru yang belum pernah ada sebelumnya. Jiwa peneliti adalah menciptakan hal-hal baru yang membawa manfaat,” tambahnya.
Dari Aceh ke Dunia: Transformasi Nilam Aceh
Pada perayaan kali ini, ARC USK mengusung tema From Local to Global: Innovating Indonesian Essential Oil to the World, yang mencerminkan visi menjadikan nilam Aceh sebagai komoditas global. Tema ini sejalan dengan program prioritas Presiden Prabowo Subianto yang berfokus pada hilirisasi industri lokal berbasis riset dan teknologi.
Ketua ARC USK sekaligus ketua acara, Syaifullah Muhammad, menjelaskan bahwa ARC dibentuk atas permintaan pemerintah daerah untuk mendukung petani nilam Aceh. Meskipun nilam Aceh dikenal sebagai yang terbaik di dunia, petani dulunya belum menikmati manfaat maksimal dari potensi besar ini.
“Kami mengidentifikasi 24 masalah utama dalam industri nilam Aceh, dari hulu hingga hilir. Dengan kerja keras, ARC berhasil menemukan berbagai solusi untuk mengatasi kendala ini. Apalagi, Aceh memenuhi 90% kebutuhan nilam dunia,” jelas Syaifullah.
ARC USK, yang melibatkan lebih dari 80 akademisi, telah menyusun peta jalan hingga 2030 untuk mengoptimalkan kesejahteraan petani dan memaksimalkan potensi nilam Aceh. Hasilnya, harga nilam yang sebelumnya Rp300.000 per kilogram kini melonjak hingga Rp1.700.000 per kilogram.
Selain dampak ekonomi, ARC juga berhasil menciptakan lapangan kerja baru dan memperluas pasar. Saat ini, 17 kabupaten di Aceh telah aktif membudidayakan nilam. Inovasi ARC tidak hanya meningkatkan perekonomian lokal tetapi juga mendapat pengakuan nasional dan internasional.
“Semua pencapaian ini adalah hasil kolaborasi. Kami berharap pemerintah dan pemangku kepentingan terus mendukung agar kami bisa mencapai hasil yang lebih optimal,” pungkas Syaifullah.
Dengan pendekatan berbasis riset, ARC USK telah membuktikan peran penting perguruan tinggi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus membawa komoditas lokal seperti nilam Aceh ke panggung global.(ask/dikti.kemdikbud.go.id)