MEDIAKAMPUS.INFO – Perkembangan teknologi yang kian pesat menawarkan berbagai kemudahan kehidupan manusia, salah satunya dalam mengakses informasi melalui berbagai media. Kemudahan tersebut seringkali dimanfaatkan mahasiswa untuk mencari ide dan gagasan untuk menyusun makalah, jurnal, bahkan skripsi. Namun, kurangnya pengetahuan tentang etika dan tata cara mencantumkan kutipan, mengakibatkan sebagian besar mahasiswa terjebak praktik plagiarisme. Maka untuk menghindari praktik tersebut mahasiswa dapat menggunakan teknik parafrase, yaitu cara mengungkapkan kembali sebuah makna yang sama namun dengan bahasa yang berbeda.
“Parafrase merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah praktik plagiarisme. Namun, meskipun dalam teknik parafrase seseorang menggunakan bahasanya sendiri. dia tetap harus menyebutkan sumbernya karena dia bukan penulis aslinya dan gagasan itu tetap miliki orang lain,” ujar Andalusia Neneng Permatasari, S.S., M.Hum., saat menjadi narasumber pada kegiatan Librarycares yang diselenggarakan di Perpustakaan Unisba, Rabu (11/03).
Neneng yang juga dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba mengatakan, dalam membuat parafrase seseorang tidak hanya dituntut membaca tapi juga memahami makna yang terkandung di dalamnya. Kemudian, dia menambahkan, orang tersebut juga harus terampil menyeleksi kalimat yang tepat untuk dikutip, mengingat dalam sebuah paragraf tidak semua kalimat memiliki kaitan dengan topik yang diteliti.
Neneng mengatakan, saat membuat parafrase kekuatan kosa kata seseorang diuji. Dengan parafrase seseorang harus mampu memparafrasekan sebuah gagasan yang kompleks dengan bahasa sendiri yang lebih sederhana. Untuk mensiasati hal tersebut, dia pun mengajurkan kepada peserta untuk menggunakan kamus thesaurus sebagai pegangan saat melakukan proses parafrase. Dia menjelaskan, ada enam teknik yang dapat dilakukan dalam membuat paraphrase, yaitu sinonim subsitution, antonym substitution, change of voice, change of person , referen substitution, dan metaphor substitution.
Selain itu, dia menuturkan agar terhindar dari plagiarisme, kita harus memahami arti dari plagiat atau menjimplak. Menurutnya, ada tujuh pedoman penulisan dalam karya ilmiah yang dapat dikategorikan sebagai perilaku plagiarisme. Pertama, mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan kita sendiri. Kemudian, mengutip satu kalimat tanpa mencatat nama penulisnya. Ketiga, mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri. Keempat, mengakui temuan orang lain sebagai kepunyaan sendiri. Kelima, mengakui karya kelompok sebagai karya pribadi. Keenam, menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan berbeda tanpa menyebutkan sumbernya. Ketujuh, meringkas dan memparafrase sebuah tuisan tanpa menyebutkan sumber.
“Agar terhindar dari plagialrisme harus tahu dan paham apa itu plagiarisme. Pahami cara mengutip yang benar dan usahakan jangan hanya mengetahui satu gaya tapi lebih. Kemudian biasakan untuk mencari sumber aslinya jika kita mengutip tulisan dari internet agar data yang kita ambil sudah terverifikasi,” jelasnya.(ask)