Milad ke-40 Fikom Unisba Membekali Calon Wirausaha Muda Melalui PKM Kewirausahaan
BANDUNG, MEDIAKAMPUS.INFO– Memperingati Milad Fikom Unisba (Universitas Islam Bandung) ke-40, panitia menggelar PKM bertema ‘Set up your mind to be awesome enterpreneur’ yang berlangsung di Auditorium Unisba Jalan Tamansari 24 Bandung. Puluhan siswa dari SMA, SMK, dan mahasiswa antusias mengikuti acara yang dipandu Ana Rosyana (aslab simulasi Fikom). Hadir pada kesempatan itu praktisi bisnis Pandu Dewantara yang merupakan alumni Fikom Unisba (pemilik Feng Noodlebar) dan Askurifai Baksin (pengajar kewirausahaan).
Dalam sambutannya ketua panitia Aldin Aldama menyebutkan bahwa kegiatan ini sebagai upaya memberikan bekal kewirausahaan di kalangan muda sebagai calon enterprenuer. Menurutnya, negara yang maju ditandai dengan lahirnya para entrepreneur, yakni sebanyak 14 persen. Sementara Indonesia saat ini baru ada sekira 4 persen enterprenuernya. Inilah yang membuat pemerintah berupaya menumbuhkan para wirausaha mandiri di kalangan muda, terutama mahasiswa.
Menuturkan pengalamannya di dunia bisnis kuliner, Pandu Dewantara menceritakan suka dukanya terjun di dunia bisnis. Awal ketertarikan Pandu memasuki dunia bisnis saat meraih dana hibah dari KBMI 2021 sebesar Rp 22.500.000. Selanjutnya saat bisnis yang dirintisnya berkembang Pandu mendapatkan suntikan dana dari ISDP, part of Islamic Sociopreneur Development Program by BSI Maslahat sebesar Rp 150 juta.
Dengan kerja kerasnya kini Pandu di usianya yang masih muda sudah mempunyai tiga outlet, yakni di Los Pasar Cihapit, Jalan Macan Bandung, dan Jalan Aceh, Bandung. Dari ketiga outlet itu dia mengaku sudah mengantongi puluhan juta setiap bulannya.
“Tapi semua tidak selalu mulus. Saya pernah mengalami kecelakan terbakar kompor yang biasa saya pakai memasak bakmie. Sekujur tubuh saya terbakar sehingga saya harus terbaring di rumah sakit sekira sebulan,” ceritanya mengenang musibah yang menimpanya.
Namun musibah itu tidak menyurutkan dirinya mengembangan bisnisnya. Malah kini semakin inovatif dengan menciptakan berbagai menu yang dia pelajari secara otodidak.
Mindset Seorang Wirausahawan
Sementara itu Askurifai Baksin memberikan panduan kepada generasi milenial dan Z tentang mindset seorang entrepreneur. Menurutnya ada sekira sepuluh Toxic word yang sering meracuni kalangan muda, yakni cuan (profit – uang), quarter life cirisis (usia 18 -25 sudah krisis), inscure (cemas), passion (kecintaan), hustle culture (ingin cepat kaya), toxic worksplace (tempat kerja tidak menyenangkan), smart work (kerja cerdas), passive income (pendapatan pasif), financial freedom (kebebasan keuangan), dan privilege (status pribadi). Kesepuluhan toxic word jangan ditelan-telan mentah tapi harus disaring kemudian dijadikan sebagai motivator.
“Seorang enterpreneur menggeluti usaha tidak sekadar ala kadarnya tetapi dengan keberanian, kegigihan sehingga usahanya tumbuh. Dia juga akan bersahabat dengan ketidakpastian. Menjalankan usaha yang riiL, bukan spekulatif. Usaha yag sesungguhnya adalah didasarkan motif untuk melayani dan memeroleh kemandirian,” jelasnya.
Menurut Askurifai yang kini mengelola BNN (Bandungpos News Network) jika seseorang ingin menjadi enterpreneur maka dia harus dengan ketulusan, kerja keras dan inovasi. Bukan jalan pintas, cara cepat menjadi kaya. Membangun secara bertahap. Menjaga nama baik, membangun reputasi. Bukan sekadar passive income tetapi riil income. Pendidikan, persahabatan, spiritualitas sangat penting.
“Sementara usaha spekulatif adalah didasarkan motif ingin cepat kaya. Mengedepankan cara-cara instant. Mendewa-dewakan “passive income”. Tidak peduli kerugian pihak lain, yang penting, “saya untung”. Pendidikan dan kehidupan spiritual tidak dianggap penting,” lanjutnya.
Mengenai Mindset seorang enterpreneur haruslan Action Oriented sehingga calon wirausahawan harus berpikir simpel, selalu mencari peluang baru, mengejar peluang dengan disiplin tinggi. Hanya mengambil peluang terbaik, fokus pada eksekusi, dan memfokuskan energi setiap orang dalam bisnis.
“Modal utama berwirausaha bukanlah uang, melainkan keyakinan untuk tumbuh dan menang. Bersahabatlah dengan ketidakpastian. Buka pikiran Anda, pelajari hal-hal baru. Be ready, persiapkan diri Anda dengan baik. Bangunlah network selagi muda, dan jagalah kepercayaan,” ungkap Askur.
Askur mengingatkan bahwa perbedaan pola pikir entrepreneur vs nonentrepreneur adalah produktif versus konsumtif, resources utilization versus resources disposal. Untuk memulai bisnis hanya perlu 3 M, yakni Motivasi, Mindset, dan Make it (Just Do IT).
“Sebenarnya masalah yang kita hadapi tidak berubah tetapi yang kita ubah adalah cara kita dalam memandang masalah tersebut melalui pola pikir positif. Misal memandang kegagalan sebagai sukses yang tertunda, bukan kegagalan sebagai alasan untuk frustasi berat.” pungkasnya.(bnn)