Menulislah Agar Anda Sehat Bugar. Apakah ada kaitan antara menulis dengan kesehatan tubuh? Kalau merujuk penemuan Tony Buzan bahwa dalam otak kita ada dua belahan yang cara bekerjanya saling berbeda tapi kalau disinergikan menjadi harmonis maka menulis bisa menyehatkan. Apalagi jika dikaitkan dengan penemuanJames W. Pennebaker, guru besar psikologi University of Texas. Dalam bukunya, “Opening Up: The Healing Power Expression Emotions” menurutnya selama 15 tahun meneliti ternyata dengan sering menulis maka seseorang mendapatkan beberapa manfaat, yakni
- menulis menjernihkan pikiran,
- menulis mengatasi trauma,
- menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru,
- menulis membantu memecahkan masalah, dan
- menulis bebas membantu kita ketika terpaksa harus menulis.
Selain itu doktor bidang psikologi ini juga menemukan adanya sel-sel T-Limfosit para mahasiswanya menjadi aktif setelah mereka mengerjakan tugas menulis hal-hal yang membuat mereka kesal dan marah. Kok ada hubungan antara sel T-Limfosit dengan kesehatan. Ya, karena sel inilah menjadi indikator kekebalan tubuh seseorang. Dengan sering menulis maka seseorang kekebalan tubuhnya semakin baik.
Menulislah Agar Anda Sehat Bugar perlu dilatih sejak muda dan jangan menunggu tua.
(foto: maxmanroe.com)
Nah, kalau kita kaitkan dengan bukunya Hernowo Hasim berjudul ‘Andakan Buku Sepotong Pizza’ maka menulis bisa dijadikan sebagai proses terapi mental. Untuk itulah Hernowo selalu menganjurkan kepada kita untuk rajin menulis. Agar menulis menarik itulah maka Hernowo menyebutnya Andaikan Buku Sepotong Pizza. Jika ingat menulis, ingatlah pizza sehingga kita tidak malas menulis.
Fatimah Mernissi malah menyebut dengan menulis kita akan awet muda. Di sini awet muda merupakan salah satu indikator seseorang yang sehat. Fatimah yang kini berusia 76 tahun masih tampak segar dan aktif menulis.
Bukti lain adalah pengalaman veteran perang Amerika Serikat John Mulligan (49). Setelah menjalani perang yang cukup melelahkan, Mulligan mengalami kondisi trauma psikis yang cukup membahayakan jiwanya. Malah dirinya pernah dikabarkan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Di tengah depresinya itu Mulligan mengikuti pelatihan menulis yang diadakan oleh Maxine Hong Kingston. Dari pelatihan ini Maxine memberi saran kepada Mulligan menulis trauma yang pernah dialaminya selama terjun di medan perang. Meskipun memulainya dengan susah payah akhirnya Mulligan berhasil menumpahkan seluruh traumanya ke dalam bentuk tulisan-tulisan. Akhirnya dia bisa melewati masa-masa sulit dan menuliskan semua pengalaman traumatisnya dalam bentuk novel.
Tentu Anda tak asing dengan penulis wanita bernama Asma Nadia. Sebelum menjadi penulis ternyata dia punya riwayat kesehatan yang buruk. Dia pernah geger otak di waktu kecil, pernah sakit jantung, sakit paru-paru dan terindikasi tumor yang cukup mengkuatirkan. Tapi dia mampu melewati itu semua dengan menjadi penulis produktif. Kini dia dikenal sebagai penulis wanita produktif.
Terakhir apa yang pernah dialami penulis Kanker Bukan Akhir Dunia. Ya, dialah Tri Wahyuni Zuhri yang mengidap kanker ganas. Secara media dia terus mengikuti operasi dan pengobatan. Tapi dengan berbagi pengalaman sakitnya dalam bentuk tulisan, Tangan Tuhan menolong dari sakitnya. Kini penulis berputra tiga itu dikarunia kesehatan dengan tetap menulis sebagai terapinya.
Itulah beberapa pengalaman para penulis dengan sakitnya yang ternyata mampu mengatasinya dengan menulis. Tentu yang ditulisnya bukan sesuatu yang remah temeh tapi yang bernilai positif atau tulisan yang mengandung protein dan gizi. Untuk itu Menulislah Agar Anda Sehat Bugar**(askurifai baksin)