MEDIAKAMPUS.INFO – Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, menyatakan dukungannya terhadap inovasi alat pendeteksi kecemasan yang dikembangkan Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Dukungan tersebut disampaikan saat menerima audiensi dari Rektor ITERA, I Nyoman Pugeg Aryantha, Rabu (8/1).
Dalam audiensi tersebut, Nyoman Pugeg menjelaskan bahwa alat deteksi kecemasan ini merupakan hasil riset dan inovasi berbasis big data yang mampu mendeteksi gangguan kecemasan pada individu. Alat ini dirancang untuk deteksi dini gangguan kecemasan, khususnya pada mahasiswa, dengan melibatkan psikolog untuk langkah penanganan lebih lanjut.
“Melalui inovasi ini, kami berupaya mencegah dan menangani gangguan kecemasan pada mahasiswa dengan pendekatan berbasis data besar. Alat ini menggunakan tiga parameter utama untuk mendeteksi kecemasan,” ujar Nyoman Pugeg.
Cara Kerja Alat
Tiga parameter yang digunakan meliputi konduktansi kulit, detak jantung, dan temperatur tubuh. Konduktansi kulit berfungsi mendeteksi kualitas air di kulit melalui analisis senyawa kimia dalam keringat menggunakan sensor. Sementara itu, detak jantung dan temperatur tubuh menjadi parameter tambahan yang dianalisis secara terintegrasi untuk memberikan hasil deteksi kecemasan.
Ke depan, alat ini akan dikembangkan lebih lanjut dengan menambahkan parameter berbasis analisis ekspresi wajah. Sistem ini akan membaca perubahan pola wajah dalam satu menit, termasuk pola gerakan di sekitar mata saat berkedip, untuk memberikan hasil deteksi yang lebih akurat.
Dukungan Pengembangan Ekonomi Kreatif
Selain membahas alat deteksi kecemasan, Rektor ITERA juga memaparkan keberadaan program studi baru, yaitu prodi kosmetik, yang dirancang untuk mendukung ekonomi kreatif. Dalam audiensi tersebut, ITERA juga menampilkan beberapa prototipe hasil inovasi mahasiswa yang telah dipatenkan.
“Produk-produk inovasi ini diharapkan bisa dihilirkan untuk mendukung sektor ekonomi kreatif dan menjadi bagian penting dalam pengembangan ekonomi masyarakat,” tutur Nyoman Pugeg.
Arahan Mendiktisaintek
Menanggapi laporan tersebut, Satryo Soemantri menekankan bahwa riset dan inovasi perguruan tinggi harus dapat menjawab kebutuhan masyarakat. Ia juga mendorong agar prototipe yang dihasilkan tidak hanya berhenti sebagai produk uji coba, tetapi bisa dikembangkan menjadi produk yang memiliki nilai tambah, mendukung ekonomi masyarakat, dan mengurangi ketergantungan pada produk impor.
“Prototipe seperti ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi produk bernilai ekonomi yang dapat menggantikan produk impor dan memajukan ekonomi masyarakat,” ujar Mendiktisaintek.
Satryo juga memberikan perhatian khusus pada pengembangan prodi kosmetik ITERA yang dinilai strategis dalam mendukung ekonomi kreatif dengan memanfaatkan bahan baku lokal. “Kita harus mulai mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor. Harapannya, suatu hari nanti, kita tidak hanya menggunakan bahan lokal tetapi juga menjadi eksportir bahan baku,” tegasnya.
Audiensi ini diakhiri dengan arahan dari Mendiktisaintek agar ITERA terus mendorong inovasi yang dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan mendukung kemandirian ekonomi bangsa.(ask/kemendiktisaintek)