Askurifai Baksin*
Medsos melalui berbagai gawai menjadi media berseloroh, iseng-iseng, isu politik, ghibah hingga belajar agama. Tak heran di medsos saat ini bermunculan para ustad medsos. Tiap hari ustad medsos ini memposting materi agama, lengkap dengan hadist dan Al quran.
Sisi lain, gawai dengan medsosnya saat bulan puasa menangguk banyak pahala. Pasalnya, gawai ini menjadi media belajar agama secara instan. Tak kalah dengan kegiatan pesantren kilat, medsos juga mampu menjadi media pesantren kilat. Tiba-tiba ada doa buka puasa yang berbeda dibanding yang sudah lazim dibaca umat Islam. Ada juga muncul doa-doa yang berasal dari Alquran yang dianggap paling sahih. Sementara ada yang posting doa-doa yang konon berasal dari kalangan Syiah.
Interaksi pemakai medsos juga beragam. Ada yang menjawab dengan argumen bersifat dalil dan dalih. Sementara ada juga yang hanya mengacungkan jempol. Atau paling banyak yang no comment. Untuk yang selalu komen ada kalanya terjerumus debat kusir. Inilah yang menurut penulis berbahaya, terutama saat shaum harus menjaga dari hal yang menodai pahala. Umumnya orang puasa sanggup menahan yang membatalkan puasa, tapi sering terjebak melakukan hal-hal yang membatalkan pahala.
Lantas soal rencana pemerintah (menurut Mendagri Cahyo Kumolo) yang akan memberlakukan pemilihan rektor langsung oleh presiden. Beritanya berasal dari detik.com. Belakangan Cahyo Komolo membantah berita itu dan menyatakan presiden nantinya hanya jadi konsultan. Ibarat virus yang menyebar, berita pertama tentu sudah menjadi viral dan menjadi konsumsi publik sehingga beragam tanggapan bermunculan, termasuk prediksi beberapa kalangan yang menggangap langkah pemerintah ingin mengulang seperti jaman Daud Yusuf dengan NKK BKK-nya.
Namun, postingan semacam itu juga tidak berdiri sendiri karena sebelumnya masyarakat mendapat berita ditangkapnya Alfian Tanjung yang dituduh melanggar UU ITE berupa menyebarkan unsur kebencian dan sara. Jugas viralnya Ustad Tiar Anwar Bahtiar yang dicekal di kampus UGM yang disusul pencekalan tokoh lain yang akan muncul di kampus-kampus. Tapi semua yang tersaji di medsos merupakan pilihan informasi. Semua bergantung khalayak untuk memilih kemudian membuang, mengikuti, mempercayai, atau bahkan masa bodoh.
Kapita Selekta Informasi
Pilihan informasi medsos jika kita analogikan seperti kapita selekta mata kuliah. Hampir semua mata kuliah di akhir perkuliahan akan disuguhi kapita selekta, misalnya kapita selekta sosiologi, kapita selekta jurnalistik, kapita selekta hukum, dan lain-lain bergantung bidang kajian. Menurut KBBI, kapita selekta merupakan bunga rampai karya ilmiah yang dianggap penting. Sementara menurut kamus hukum yang disusun JCT Simorangkir, kapita selekta adalah kumpulan karangan yang masing-masing menguraikan sesuatu persoalan yang termasuk dalam lingkungan suatu ilmu pengetahuan.
Saya membayangkan munculnya kapita selekta di medsos dengan sebutan ‘kapita selekta informasi daring’. Tiap hari berbagai informasi bertandang di medsos, tak mengenal waktu, tak mengenal pulsa. Sebagai medsos informasi tak perlu verifikasi. Inilah yang menyebabkan berubah menjadi hoax karena tanpa verifikasi. Sering tanpa sadar begitu seseorang mendapat postingan langsung copy paste dikirim ke teman. Padahal belum tentu informasi yang didapat benar. Bayangkan, jika tiap hari kita menjadi pengirim informasi yang tidak benar, berapa banyak informasi yang kita sampaikan kepada orang lain? Jika isinya ghibah, berapa banyak dosa yang sudah kita tanggung. Jadi, kalau kapita selekta ilmu ada proses pemilihan materi akademik berdasarkan kebutuhan mahasiswa, sementara informasi hoax medsos kadang membawa petaka.
Jika sepakat dengan kapita selekta informasi daring maka kita bisa bertindak sebagai transponder. Istilah ini merupakan singkatan dari transmitter responder yang bermakna sebuah perangkat otomatis yang menerima, memperkuat, dan mengirimkan sinyal dalam frekuensi tertentu. Jadi, masing-masing akan mengirim lagi informasi yang sinyal dan frekuensinya sesuatu yang baik-baik dan bermanfaat yang menjadi kesepakatan bersama.
Nun jauh di sana, dunia global memprotes kebijakan Donald Trump yang keluar dari Kesepatakan Iklim Paris. Presiden baru Amerika ini menyatakan keluar dari kesepakatan, padahal dunia kini dihadapkan bahaya pemanasan global.
Kontan saja banyak tokoh dunia mengecam tindakan ini. CEO Facebook Mark Zuckerberg menilai keputusan Trump sangat keliru. Menurut Mark, keputusan Trump buruk bagi lingkungan, buruk bagi ekonomi, dan menempatkan resiko masa depan anak-anak kita. CEO Apple Inc Tim Cook juga mengecam tindakan Trump dengan menyebut keputusan yang salah untuk planet kita. Apple berkomitmen untuk melawan perubahan iklim dan tidak pernah bimbang. Selanjutnya CEO Google Sundar Pichai kecewa atas keputusan Trump. Menurutnya, Google akan tetap bekerja keras untuk lebih bersih demi masa depan yang lebih sejahtera untuk semua. Terakhir, CEO Twitter Jack Dorsey yang mengkritik keras Trump.”Ini langkah sangat mundur oleh pemerintah federal. Kita berada di bumi ini bersama-sama dan perlu bekerjasama bersama-sama.” (Republika, 3/6)
Di medsos beberapa negara keputusan Trump ini menjadi viral. Termasuk yang diungkapkan petinggi Apple secara tegas diposting di twitter pribadinya. Ini menunjukkan bagaimana kapita selekta informasi daring bisa dibentuk. Saatnya medsos kita mampu menyuguhkan postingan yang berdampak isu global positif. Isu lingkungan dengan dampak pemanasan global menurut penulis sebagai bahan kapita selekta informasi yang bermanfaat. Karena di dalamnya ada pesan moral menyangkut keselamatan umat manusia. Mari membangun medsos dalam bingkai kapita selekta informasi daring sebagai ujud literasi medsos agar gawai yang kita punya menjadi media dakwah bil qolam **